Senin, 15 November 2010

Delapan Teknologi yang Bakal merubah Wajah Dunia

1. Komputer Biointeractive Materials
Komputer yang bakal hadir nanti dari generasi Biointeractive Materials (bahan biointeraktif). Ide besarnya adalah sensor berteknologi tinggi untuk living system (sistem yang berkehidupan). Adapun tantangannya adalah mengemban satu mekanisme kontrol yang aman dan efektif.


Sensor biologi ini akan menjadi alat berukuran sangat kecil yang bisa ditempatkan di jaringan tubuh manusia, hewan atau tanaman. Sensor ini berfungsi memantau kesehatan dan bahkan ambil tindakan untuk menyelesaikan berbagai masalah yang ada di lokasi dia ditempatkan. Bahan biointeratif juga bisa dimanfaatkan di dalam tubuh. Sejumlah perusahaan kini tengah bersiap meluncurkan uji klinis terhadap struktur kristal berskala nanometer (sepermiliar) yang membentuk tulang sintetis.


Kini sejumlah materi biointeraktif sudah berhasil dibuat. Smartshrirt, misalnya, produksi Sensatex yang berbasis di New York mengintergrasikan biosensor ke dalam kaos oblong untuk memantau tanda penting seperti detak jantung, suhu badan dan mentransfer data ke sebuah laptop melalui sebuah pemancar nirkabel (wireless transceiver). Bahkan di bidang militer, para ilmuwan di MIT (Massachusetts International of Technology) mengembangkan satu pakaian tempur (battle suit) yang bisa mengubah warna untuk menciptakan kamuflase saat terbang atau menandai sasaran, agar terhindar dari serangan senjata kimia dan senjata biologi.

2. Biofuel Production Plants
Kondisi bahan bakar yang berasal dari fosil kini semakin menipis dan dikhawatirkan akan segera habis. Untuk mengantisipasi ini, para ahli akan menggantikannya dengan bahan bakar yang diproduksi tanaman (Biofuel Production Plants). Ide besarnya yaitu menggantikan minyak dengan bahan bakar yang diproduksi dengan tanaman yang direkayasa secara genetik. Sementara tantangannya, meningkatkan hasil tanaman bahan bakar bio (biofuel corps), mengendalikan lingkungan demi terdukungnya pertanian biofuel, dan merenovasi infrastruktur bahan bakar fosil.


Apalagi unsur kimia seperti ethanol, methanol, biodiesel dan sejumlah bahan bakar lainnya yang terbuat dari hasil pertanian dapat menurunkan emisi dan mengurangi ketergantungan terhadap impor bahan bakar. Kini kebanyakan kadar ethanol biofuel masih rendah. Bahan bakar ini dapat diperoleh dari gula yang tersimpan dalam jagung. Demikian pula methanol yang dalam proses produksinya memerlukan banyak energi yang hampir setara dengan saat dia dimanfaatkan dengan dibakar.


Namun diakui, tanaman yang banyak menghasilkan biofuel diperkirakan masih akan mengakibatkan bahaya baru Tanaman yang direkayasa secara genetik bisa lepas ke alam dan berkembang biak menjadi semak pengganggu yang sulit diberantas. Pengembangan biofuel secara besar-besaran juga bisa merusak sumberdaya alam lain, misalnya lapisan tanah penahan air. Karena itu, perang mencari sumber minyak saat ini bisa menjadi perang air di masa mendatang.

Selengkapnya bisa anda baca di sini